Selasa, 04 Maret 2008

Hubungan Antara Teknologi dan Pertambangan

Bangsa yang menguasai dunia adalah yang menguasai teknologi, pencipta teknologi, penyerap teknologi dan pengguna teknologi.

Kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah -kekayaan laut, hutan, bahan tambang, dan minyak- tidak serta merta dapat dinikmati untuk kesejahteraan rakyatnya. Hal itu hanya menjadi dongeng kebanggaan yang diajarkan untuk murid-murid sekolah dasar.

Betapa banyak industri pertambangan yang dikuasai perusahaan asing. Bangsa kita hanya menjadi pekerja dan negara hanya mendapat royalti yang sedikit. Sementara kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat industri pertambangan cukup besar.

Beberapa bulan yang lalu sedang ramai tentang kasus ladang minyak Blok Cepu yang telah dikuasai Exxon mobile dan tambang emas di Papua yang telah dikuasai oleh Freeport. Betapa banyak elemen masyarakat yang menginginkan agar kekayaan alam bangsa kita agar dikelola oleh industri dalam negeri. Tetapi, salah satu alasan yang diajukan pemerintah adalah bahwa industri teknologi kita belum mampu mengelola pertambangan-pertambangan tersebut.

Negara kita pun dibanjiri produk-produk teknologi dari luar negeri. Produk-produk elektronika dan otomotif membanjiri pasar Indonesia. Para kapitalis global tertawa di balik layar melihat masyarakat kita berbondong-bondong menyerbu produk-produk mereka. Lihat saja setiap launching prosuk handphone terbaru, masyarakat mengantri untuk mendapatkan produk tersebut.

Sejak banyak terjadi kasus HAM di Indonesia sejak tahun 1998, Amerika Serikat menggunakan alasan ini untuk mengembargo peralatan militer ke Indonesia. Bisa dibayangkan TNI yang banyak menggunakan peralatan militer dari Amerika Serikat seperti pesawat tempur, akhirnya kelimpungan karena sulit mendapatkan suku cadang. Negara kita pun lemah dalam pertahanan dan keamanan, beberapa kali kedaulatan NKRI dilecehkan dengan melintasnya pesawat-pesawat tempur asing ke dalam wilayah teritorial Indonesia. Industri pertahanan nasional belum mampu mendukung kemandirian alutsista TNI.

Dari uraian di atas, kita menyadari bahwa negara kita masih lemah dalam penguasaan teknologi. Dalam setiap periode pemerintahan, teknologi seringkali dipandang sebelah mata.

Industri berbasis teknologi di Indonesia pun sulit bersaing dengan produk-produk luar negeri. Dukungan pemerintah terhadap industri teknologi nasional sangat minim. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah mulai meninggalkan beberapa industri teknologi strategis nasional yang sebelumnya telah dibangun, kasus IPTN misalnya.

Secara kualitas SDM, bangsa kita memiliki banyak tenaga ahli. Mereka aset-aset bertebaran, dan seringkali direkrut oleh perusahaan asing di dalam dan di luar negeri. Belum lagi beberapa tahun terakhir, beberapa anak bangsa sering menjuarai kompetisi ilmiah internasioanal, seperti olimpiade fisika dan kimia.

Kini saatnya kita mulai melirik bisnis teknologi. Teknologi sangat berperan terhadap kemajuan suatu bangsa, jangan sampai 220 juta rakyat Indonesia hanya menjadi penonton kekayaan alamnya dipanen oleh bangsa asing.

Peran bersama pemerintah, industri, dan institusi pendidikan (perguruan tinggi) perlu dikembangkan. Selama ini ketiga sektor tersebut seolah berjalan sendiri-sendiri. Riset-riset perguruan tinggi dan lembaga riset pemerintah jarang dipakai untuk industri dan hanya menumpuk di perpustakaan. Inovasi teknologi Industri pun sangat minim, akibatnya sulit bersaing dengan produk luar. Pemerintah harus membuat kebijakan yang dapat memproteksi industri dalam negeri memasuki era perdangan bebas. Kalau dilepas begitu saja, jelas industri kita akan kalah bersaing dengan produk-produk luar.

Teknopreneurship perlu digalakan pada mahasiswa di universitas teknologi. Teknopreneur adalah pengusaha yang memanfaatkan teknologi untuk mengerjakan sesuatu yang baru (inovasi) atau menemukan teknologi sebagai basis untuk mengembangkan usahanya. Dengan ini, para lulusan perguruan tinggi tidak usah menjadi agen-agen perusahaan asing.

Selain itu perlu dibangun Technology Park, suatu kawasan untuk menghasilkan produk, perawatan, inovasi dan transfer teknologi. Kawasan ini menjadi area riset sains dan teknologi, industri, dan bisnis berbasis teknologi. Kawasan ini terdiri dari universitas teknologi dan industri.

Kebijakan dan anggaran pemerintah untuk riset dan pengembangan teknologi sangat dibutuhkan. Selama ini, anggaran pemerintah kita untuk riset teknologi sangat minim, bahkan lebih rendah daripada anggaran riset sebuah perusahaan asing.

Investasi teknologi sangat menjanjikan untuk jangka waktu panjang. Dengan teknologi, pengelolaan kekayaan alam Indonesia bisa lebih optimal. Kekayaan alam yang dikandung di bumi Indonesia benar-benar akan dinikmati dan digunakan untuk kemakmuran rakyat.

Jepang yang miskin kekayaan alamnya saja bisa menjadi negara maju akibat penguasaannya di bidang teknologi. Bisa dibayangkan Indonesia yang memiliki banyak kekayaan alam, apabila mampu meguasai teknologi tentunya mampu menjadi negara maju.
Kini sudah saatnya kita mengembangkan teknologi untuk kemandirian bangsa agar bangsa kita tidak hanya sebagai penonton dalam kemajuan peradaban.

Tidak ada komentar: